Pertama

Teparan angin kian berhembus kencang, di pagi hari, dengan sepasang rumput yang tak bernama dibawah sinar mentari.

Hembusan angin menyeruak menyentuh kulit Sunghoon dan membuat surainya tak mau diam ditempat. Seolah enggan meninggalkannya yang duduk sendiri di sebuah bangku taman berasamaan dengan musik yang di dengarkan lewat earphonenya.

“Kamu udah dateng?” dia bersuara saat ngerasain seseorang ngalungin lengan dilehernya.

“Maaf bikin kamu nunggu.” dia mengecup pipi Sunghoon sekilas lalu mengambil posisi duduk disebelah Sunghoon.

“Aku harus bilangin berapa kali biar kamu ngiket tali sepatunya bener?” Sunghoon setengah berjongkok sambil benerin ikatan tali sepatu si lawan bicara.

“Ribet.”

“Atau kamu bakalan jatoh.” ngusap kepala si lawan bicara, lalu bangkit dari posisi sebelumnya.

“Kan ada kamu.” berjalan pelan ninggalin Sunghoon dibelakang. Sunghoon mengikutin sambil mengeluarkan polaroidnya, mengambil beberapa potret kesayangannya dari arah belakang.

“Suka banget ngambil view dari arah belakang.” dia berbalik badan sambil mendekat kearah Sunghoon.

Mereka berdua sama-sama terdiam saat melihat hasil jepretannya. Ya, hasilnya memang selalu sama.

“Kameranya kurang fokus mulu.” sikecil bersuara lagi sambil menggandeng lengan Sunghoon.

“Hoon, kalau jalan disamping aku kek. Jangan dibelakang aku mulu.”

“Kamunya yang jalan kejauhan, ninggalin aku dibelakang terus.” entah kenapa, perkataan Sunghoon itu membuat sikecil nunduk sedih.

“Makanya lari, kejar akunya. Lamban sih.” dia maksain senyum, yang Sunghoon tau terdapat makna lain disana.


Sunghoon lagi sibuk nempelin polaroid dikamarnya, tanpa sadar seseorang udah berdiri disampingnya kini.

“Tadi pagi gue nyariin, lo kemana?” Jay buka suara.

“Keluar bareng Jake.”

“Ini hasil potret tadi?”

“Ho'o.”

Sunghoon sedikit mundur dari posisinya, nyoba perhatiin tiap polaroid yang tertempel didinding kamarnya.

“Kenapa dia suka banget pake kemeja ini, udah lusuh juga.” bersuara lagi, dengan kedua tangan melipat di dada. Sementara Jay cuma senyum kikuk.

“Lo kapan mau mulai rehabilitas?” Jay nyoba ganti topik pembicaraan.

“Buat apa? Gue ga butuh.”

Jay mendekat, megangin bahu Sunghoon.

“Kali ini aja..tolong. Gue bakalan nemenin lo.”

“Apasih, gue udah bilang kapan hari kalau gue ga butuh kan?” pertanyaan yang terdengar seperti pernyataan. Jay nyipitin matanya.

“Sampai kapan lo mau kayak gini? Lepasin dia!”

“Kenapa lo benci banget sama Jake? Dia salah apa?” Sunghoon berhentiin kegiatannya sambil noleh ke lawan bicara.

Jay ngatupin rahangnya kuat-kuat.

“Terserah lo.” Jay pergi gitu aja sambil banting pintu kamar Sunghoon, ninggalin si pemilik kamar yang kini hanya diam mematung.


solitude🌌